Minggu, 17 Maret 2013
Senin, 05 November 2012
Bakso Ikan
Bakso ikan adalah produk olahan daging ikan berbentuk gel homogen yang
dibuat dan campuran daging lumat, tepung tapioka/sagu dan bumbu-bumbu seperti
bawang putih, bawah merah, lada, garam, gula dengan proses penggilingan,
pengadonan, pencetakan dan perebusan. Fungsi teknologi pembuatan bakso adalah
sebagai upaya untuk mendapatkan produk hasil perikanan berbentuk gel dengan
rasa yang disukai menurut selera. Tujuan pembuatan produk bakso ikan adalah
dalam rangka diversifikasi/penganekaragaman hasil perikanan untuk mendapatkan
nilai tambah (added value) yang memadai.
Alat dan
Bahan
Ukuran
alat yang digunakan dalam pembuatan produk bakso ikan adalah kompor pemasak
lebar ± 30 cm, panjang ± 30 cm, tinggi ± 40 cm, panel perebus: diameter ±
35 cm, tinggi ± 30 cm. Bahan baku pembuatan bakso ikan adalah daging ikan
lumat, yang diperoleh dari ikan laut maupun ikan air tawar, tepung tapioka,
bumbu-bumbu (bawang merah goreng, bawah putih, lada, garam) dan penyedap.
Perbandingan/prosentasenya tepung tapioka berkisar 5-15%
dari berat daging lumat. Kapasitas panci perebus ± 3 kg bakso. Bakso ikan
dapat dibuat dalam skala usaha kecil (rumah tangga), sedang maupun besar
tergantung dan modal dan sarana yang ada.
Metode pengolahan bakso ikan
Ikan dipisahkan dagingnya dari tulang, kulit dan
duri-duri yang ada sehingga diperoleh lembaran daging tanpa kulit. Daging
ditumbuk halus ditambah bumbu-bumbu garam halus 2,5% bawang merah, bawang putih
dan bawang goreng.
Ditambah
tapioka sambil dicampur sampai homogen. Adonan yang terbentuk secara adhesif
dan homogen dicetak bulat-bulat memakai tangan.
Dimasukkan
dalam panci berisi air hangat. Setelah pencetakan selesai, maka panel berisi
bakso dididihkan/direbus sampai matang dengan tanda bola-bola bakso mengapung
dalam air mendidih.
Ditinjau
dari aspek pemasaran produk bakso ikan ini dijalankan secara lokal dalam bentuk
butiran, namun tidak menutup kemungkinan untuk didistribusikan di supermarket
atau toko swalayan apabila mutunya bagus dan cara pengemasannya menarik.
Ditinjau dari aspek finansial, harga pembelian alat dan
bahan yang diperlukan antara lain:
- Pisau ; Rp. 10.000,- / bh
- Ikan ; Rp. 7.000,- / kg
- Waskom ; Rp. 7.500, - /bh
- Panci perebus ; Rp. 20.000, - /bh
- Kompor ; Rp. 100.000,-./ bh
- Talenan ; Rp. 5.000,- / bh
- Tepung tapioka/sagu ; Rp. 6.000,- / kg
Bumbu-bumbu
:
- Bawang putih ; Rp. 5.000,- / kg
- Lada halus ; Rp. 4.500,- / ons
- Garam ; Rp. 100,- / barn
- Bawang goreng ; Rp. 2.500,- / ¼ kg
Gambar Proses Pembuatan Baso Ikan
Pengangkutan Kerapu Hidup: Sistem Basah Tertutup melalui Pembiusan Suhu Rendah dan Penggunaan Bahan Anti-metabolik
Cara pengangkutan ini memudahkan pengiriman kerapu hidup hingga ke
lokasi konsumen yang lokasinya jauh dan lokasi produksi, yaitu dengan
cara: (1) menurunkan suhu, atau (2) menggunakan bahan anti-metabolik.
Keunggulan
Dengan sistem pengangkutan seperti
ini, ikan diangkut dalam wadah berupa kantong plastik yang dikemas dalam kotak
styrofoam, namun tidak menggunakan aerator atau pompa sirkulasi yang biasa
dijumpai dalam pengangkutan ikan dengan sistem basah terbuka, dan tidak banyak
memakan tempat. Dengan cara ini, jumlah ikan yang mati rendah.
Spesifikasi
Pengangkutan ikan dengan sistem
basah tertutup ini adalah cara mengangkut ikan dalam media (air) yang ditaruh
dalam wadah tertutup. Sistem ini membutuhkan peralatan untuk penurunan suhu dan
bahan berupa es dan air laut, air laut, gas oksigen dan larutan karbon dioksida
500 mg/liter atau sodium karbonan 150-650 mg/liter sebagai anti-metabolik
(pembius).
Peralatan yang diperlukan adalah
penurun suhu air (water chiller), pengukur suhu. akuarium sebagai bak
penampungan dan pemingsanan ikan, aerator dan botol plaslik, serta kantong
plastik 100 cm x 60 cm dengan tebal 2 mm, kotak styrofoam ukuran 60 m x 40 m x
30cm, lakban dan strapping ban.
Prinsip Kerja
Ikan kerapu hidup yang akan
diangkut harus dibius terlebih dahulu. Pembiusan dilakukan dengan cara
menurunkan suhu alan menggunakan senyawa kimia (obat bius). Ketika dalam
keadaan terbius, laju pernapasan (respirasi) dan metabolisme ikan sangat rendah
sehingga ikan dapat diangkut di dalam air dengan keadaan â€Å“tenang†dan
â€Å“tidak tegang†sehingga tingkat kematian kecil.
Cara Menyiapkan Ikan
- Ikan dipuasakan (diberok) dalam bak penampungan; kerapu berukuran kecil ditampung selama 12 hingga 24 jam sedangkan ikan kerapu besar selama 3 hari. Tujuan dan pemberokan adalah untuk membersihkan isi perut ikan. Kerapu yang akan diangkut sebaiknya dipilih yang sehat, bugar dan tidak cacat fisik atau terserang penyakit
- Pembiusan dengan penurunan suhu dapat dilakukan secara Iangsung, yaitu dengan cara memasukkan kerapu ke dalam akuarium yang berisi air laut dingin dan dilengkapi dengan aerator. Suhu air diatur hingga dinginnya mencapai 17°-19’C dan ikan berada di air dingin selama 30-60 menit. Pembiusan dilakukan secara bertahap yaitu dengan menurunkan suhu air laut dengan laju penurunan 5°C per jam atau 0,4°C per menit sehingga suhu air mencapai 15°- 16°C. Ikan dikatakan dalam keadaan terbius (imotil) jika rebah dan ketika diangkat atau dikemas diam dan tidak banyak bergerak.
- Setelah terbius, ikan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang dirangkap, setiap kemasan biasanya berisi paling banyak 3 kg ikan dan ditambah 10-12 liter air laut dingin bersuhu 18°C, kemudian diisi dengan gas oksigen murni sebanyak volume air sehingga hingga perbandingan antara air dan oksigen adalah 1:1
- Pembiusanan dengan bahan antimetabolik: Kerapu dimasukkan ke dalam bak yang beisi air laut yang mengandung larutan karbon dioksida dengan konsentrasi 500 mg/liter air laut atau sodium karbonat dengan konsentrasi 150-650mg/liter air laut. Pembiusan dilakukan sekitar 5-10 menit hingga ikan pingsan terbius. Ikan yang sudah terbius tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah dirangkap yang telah berisi air laut yang mengandung obat pembius (karbon dioksida atau sodium karbonan) dengan konsentrasi yang sama, kemudian diberi gas oksigen murni. Suhu air dijaga pada 18°C dan perbandingan antara air, ikan dan oksigen adalah 1 : 1 :2.
- Kantong plastik yang berisi kerapu tersebut kemudian diikat rapat dengan karet, lalu dimasukkan ke dalam kotak styrofoam yang pada bagian sudut-sudutnya telah diberi es air laut dalam botol plastik. Kotak styrofoam kemudian ditutup dengan lakban kemudian diikat dengan strapping band.
Cara Penggunaan
Perbandingan antara oksigen dengan air yang digunakan untuk transportasi
dapat dilihat dari ketinggian air di dalam kantong plaslik dan â€Å“ketinggianâ€
gas oksigen di atasnya. Untuk mempertahankan suhu air selama transportasi, maka
pada bagian sudut kotak diberi es air laut dalam botol plastik.
Segera setelah ikan tiba di tempat tujuan, ikan jangan langsung dipindahkan
ke bak penampungan karena harus mengalami penyesuaian terlebih dahulu sebelum
ditempatkan dalam bak penampung. Penyesuaian ini diperlukan karena air yang ada
di dalam kantong plastik telah mengalami perubahan, yaitu mengandung
karbondioksida (CO2), amonia yang tinggi dan pH berkisar 5-6. Setelah kantong
plastik dibuka. masukkan air laut dan bak penampungan ke dalam kantong plastik
hingga volume air menjadi 4 kali lipat dari volume semula. Setelah dibiarkan
selama 30-60 menit, ikan dan air dimasukkan ke tempat penampungan. Selama
perlakukan ini, aerasi tidak dilakukan karena dapat amonia yang dikeluarkan oleh
ikan akan berubah menjadi beracun. serta mengikat pH karena menguapnya senyawa
Ca,.
Hindari kebocoran plastik kemasan karena tertusuknya plastik oleh duri
sirip ikan, oleh karena itu gunakan plastik khusus yang tebal yang cukup kuat
untuk menahan tusukan duri sirip ikan.
Pembelajaran
Cara pengemasan untuk pengangkutan ikan ini merupakan hasil penelitian dan
Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.
Dalam sistem transportasi basah tertutup ini, pembiusan dengan suhu rendah,
penggunaan antimetabolik serta pemberian oksigen murni dapat menekan tingkat
stres pada ikan selama transportasi dan dapat diangkut dengan kepadatan
(jumlah) yang cukup tinggi, dalam jumlah tertentu. Ikan yang stress ditandai
oleh keluarnya lender yang banyak, lendir yang berlebihan ini akan merusak
kualitas air sehingga ikan bisa mati.
Skema Cara Proses Pengemasan Ikan Untuk Pengangkutan Sistem Basah
Alat Pengukur Tingkat Kesegaran Ikan/Udang Fish/Shrimp Freshness Instrument
Tingkat
kesegaran ikan menentukan mutu atau kualitas produk, yang pada gilirannya
berperan penting dalam menentukan tingkat daya saing (competitiveness) hasil
industri pascapanen produk tersebut. Untuk menjamin mutu (quality assurance)
ikan agar tetap konsisten maka diperlukan suatu alat ukur atau instrumen yang
dapat menunjukkan tingkat kesegaran ikan. Invensi yang dihasilkan ini adalah
suatu alat pengukur elektronik tingkat kesegaran ikan yang menggunakan metode
akustik frekuensi tinggi. Metode yang digunakan ini bersifat tidak merusak
(non-destructive), tidak menyentuh secara langsung ikan (sample), dan
penerapannya bersifat praktis. Invensi telah didaftarkan Paten dengan nomor
permohonan P00200500006 terhitung mulai tanggal 4 Januari 2005
Keunggulan
- Pendeteksian tingkat kesegaran ikan dapat dilakukan dengan cepat.
- Tidak memerlukan bahan-bahan kimia khusus untuk melakukan pendeteksian.
- Tidak perlu melakukan persiapan khusus untuk melakukan proses pendeteksian kesegaran ikan.
- Sifat pengujian bersifat objektif dan konsisten
- Praktis, karena dapat dilakukan oleh siapa saja.
Deskripsi Detail
Berdasarkan kesegarannya, ikan dapat digolongkan menjadi
empat kelas mutu, yaitu ikan yang kesegarannnya baik sekali (prima), ikan yang
kesegarannya masih baik (advanced), ikan yang kesegarannya mulai mundur
(sedang), dan ikan yang sudah tidak segar lagi atau mutunya rendah.
Masalah yang dihadapi saat ini yang berkaitan dengan
pengujian tingkat kesegaran dengan metode yang umum digunakan saat ini dengan
menggunakan uji organoleptik adalah sulitnya mencari orang yang dapat
melakukannya dengan baik. Sifat pengujiannya cenderung subyektif dan oleh
karenanya dibutuhkan pengalaman yang panjang untuk menjadi seorang penguji yang
baik. Sehubungan dengan kesulitan yang dialami tersebut maka perlu dikembangkan
alternatif pengujian kesegaran yang bersifat obyektif, konsisten dan dapat
dengan praktis dilakukan oleh siapa saja. Metode alternatif dalam invensi yang
diusulkan ini adalah melalui penggunaan metode akustik frekuensi tinggi
(ultrasonik). Dengan menggunakan metode akustik, pengukuran yang dilakukan akan
bersifat obyektif, konsisten dan praktis. Hasil invensi ini sangat penting bagi
industri perikanan yang menginginkan agar kualitas produknya konsisten dan
dapat dipertahankan pada tingkat yang dapat diterima oleh konsumen akhir.
Alat pengukur tingkat kesegaran ikan pada invensi ini
merupakan hasil pengembangan teknik pengukuran tingkat kesegaran ikan dengan
metode akustik frekuensi tinggi (ultrasonic) berbasis mikrokomputer.
Metode yang digunakan bersifat tidak merusak (non destructive), tidak
menyentuh secara langsung ikan yang dijadikan target dan penerapannya bersifat
praktis. Alat ini terdiri dari unit-unit fungsional yang digunakan secara bersama-sama
untuk melakukan pengukuran mismatch impedance antara medium
udara dan daging ikan yang dideteksi, yaitu unit pemancar, unit penerima, unit
penampil data, unit mikrokontroler/mikrokomputer dan unit catu daya.
Sumber: IPB, Bogor
Kontak: Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, MSc Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB Gedung Andi Hakim Nasoetion Lt. 5, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Telp./Faks. (0251) 8624512, e-mail: dit_rks@ipb.ac.id,
Kontak: Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, MSc Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB Gedung Andi Hakim Nasoetion Lt. 5, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Telp./Faks. (0251) 8624512, e-mail: dit_rks@ipb.ac.id,
Langganan:
Postingan (Atom)