Senin, 05 November 2012

HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT


Hama
Hama rumput laut umumya memangsa rumput laut sehingga akan menimbulkan kerusakan fisik terhadap thallus, dimana thallus akan mudah terkelupas, patah ataupun habis dimakan hama. Hama penyerang rumput laut dibagi menjadi dua menurut ukuran hama, yaitu hama mikro (merupakan organisme laut yang umumnya mempunyai panjang kurang dari 2 cm) dan hama makro yang terdapat dilokasi budidaya itu sendiri dan sudah dalam bentuk ukuran besar/dewasa. Hama mikro hidup menumpang pada thallus rumput laut, misalnya larva bulu babi (Tripneustes sp.) yang bersifat planktonik, melayang-layang didalam air dan kemudian menempel pada tanaman rumput laut.
Contoh lainnya adalah teripang ( Holothuria sp.) yang mula-mula menempel dan menetap pada thallus rumput laut, kemudian tumbuh menjadi besar. Larva yang sudah besar tersebut dapat memakan thallus rumput laut secara langsung dengan cara menyisipkan ujung-ujung cabang rumput laut kedalam mulutnya.
Beberapa hama makro yang sering dijumpai pada budidaya rumput laut adalah ikan Beronang (Siganus sp.) bintang laut (Protoreaster nodosus), bulu babi (Diademasetosum sp.), bulu babi duri pendek (Tripneustes sp.), Penyu Hijau (Chelonia mydas), dan ikan Kerapu (Epinephellus sp.).
Untuk menanggulangi serangan dari ikan baronang dan penyu hijau dapat dilakukan dengan melindungi areal budidaya dengan memasang pagar yang terbuat dari jaring. Serangan dari hama bulu babi, teripang dan bintang laut pengaruhnya relatif kecil pada areal budidaya yang cukup luas, namun tetap perlu diwaspadai demi keberhasilannya. Penyu hijau merupakan hama perusak terbesar dibandingkan lainnya, menyerang pada malam hari sampai habis. Untuk menanggulangi tanaman, maka areal budidaya dipagar dengan jaring.
Penyakit
Penyakit terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi, biasanya dikenal sebagai ice-ice dengan gejala timbulnya bintik-bintik/bercak-bercak pada sebagian thallus, namun lama kelamaan akan menyebabkan kehilangan warna sampai menjadi putih dan mudah terputus. Penyakit ini menyerang Eucheuma spp. terutama disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan (arus, suhu, kecerahan, dll.) di lokasi budidaya dan berjalan dalam waktu yang cukup lama.
Cara pencegahan dari penyakit ini adalah dengan memonitor adanya perubahan-perubahan lingkungan, terutama pada saat terjadinya perubahan lingkungan. Di samping itu dilakukan penurunan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi penetrasi cahaya sinar matahari.
Sumber :
Anonim, 2006. Kelautan dan Perikanan Kabupaten Barru. Dinas Komunikasi Informasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Barru. Barru www.google.com. Diakses 25 April 2008
Afrianto E dan E. Liviawati. 1989. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Ariyanto, 2003. Survey dan Analisa Rumput Laut Eucheuma Cottonii. PT. Dwiya Abadi Surya Pratama. Jakarta. www.google.com. Diakses 25 April 2008
Aslan, L.M, 1998. Budidaya Rumput Laut. Edisi Revisi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Budidaya Ikan Kerapu


Pada pembudidayaan ikan kerapu, terlebih dahulu harus melalui proses pembenihan. Setelah itu, dilakukan tahap pemeliharaan dan seleksi induk. Pemeliharaan induk dilakukan dikurungan apung. Pemberian pakan dilakukan sehari sekali.
Pemeriksaan induk kerapu jantan dalam kematangan gonad menggunakan metode stripping. Setelah dilakukan seleksi induk jantan dan betina yang sudah matang, dipindahkan ke bak pemeliharaan yang sekaligus bak pemijahan. Pemijahan ikan kerapu dilakukan dengan metode pemijahan alami dengan manipulasi lingkungan serta pemijahan alami dengan rangsang hormonal.
Pembenihan Ikan Kerapu
·         Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya ikan kerapu adalah ketersediaan benih siap tebar baik dalam jumlah maupun mutu.
·         Dalam pembenihan ikan kerapu atau ikan-ikan laut lainnya dibutuhkan beberapa sarana untuk terlaksananya kegiatan tersebut, antara lain: tangki pemijahan, bak penetasan telur, bak pemeliharaan larva. Sedangan alat yang digunakan adalah penyiponan dan alat-alat pemanenan benih seperti alat grading, kain kasa dan serok.
Pemeliharaan dan Seleksi Induk
·         Pemeliharaan induk kerapu dilakukan dikurungan apung dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3 dengan kepadatan 10 kg/m3. Pemberian pakan dilakukan sekali sehari dengan dosis 3-5% pada musim pemijahan dan 10% di luar musirn pemijahan dan total biomas. Pakan yang diberikan adalab ikan rucah dengan kadar protein tinggi dan kadar lemak rendab seperti ikan selar, tanjan, dan japub. Untuk meningkatkan fertilitas induk jantan dan betina diberi vitamin E dengan dosis 60-100 lU/ekor/minggu.
·         Pemeriksaan induk jantan dalam kernatangan gonad menggunakan metode stripping (diurut). Induk jantan dianggap matang kelamin bila sperma yang keluar berwarna putih susu kental dan volume cukup banyak. Syarat lain bahwa induk siap memijah adalah sehat, pergerakan lincah, tidak cacat, warna kulit cerah dan mata bening.
·         Setelah dilakukan seleksi induk jantan dan betina yang matang kelamin, induk dipindahkan dalam bak pemeliharaan yang sekaligus sebagai bak pemijahan, yang terbuat dari beton yang berkapasitas 100 ton dan sebelumnya telah diisi air laut dengan salinitas 32 ppt dengan kedalaman air 150 cm.
·         Untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan perlu dilakukan penggantian jaring minimal sebulan sekali, sedangkan untuk pergantian air di bak beton dilakukan setiap hari.
Pemijahan
·         Pemijahan ikan kerapu dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu pemijahan alami dengan manipulasi lingkungan serta pemijahan alami dengan rangsang hormonal.
·         Pada dasarnya pemijahan alami dengan sistem manipulasi lingkungan adalah suatu metode pemijahan dengan menggunakan kejut terhadap parameter lingkungan. Parameter tersebut antara lain suhu, salinitas dan pasang surut. Metode ni dianggap memiliki kelebihan disbanding dengan metode manipulasi rangsang hormonal, karena biaya relative murah juga dapat dihindari kemungkinan terjadinya efek samping pada induk ikan.
·         Tangki atau bak pemijahan terletak di luar ruangan dan di dalam ruangan, yang terbuat dari semen atau dan fiber glas yang dilapisi semen. Tangki atau bak mi berbentuk bulat dengan dasar miring ke tengah, dengan ukuran diameter 2.75 m dan tinggi 1.75 m atau 3.0 m.
·         Tangki atau bak ini dilengkapi dengan aerator yang berasal dan ‘root blower’. Outlet dan tangki terletak di tengah-tengah yang dilengkapi dengan pipa paralon. Perbandingan induk jantan dan betina yang digunakan dalam satu bak pemijahan yaitu dua ekor jantan dan tiga ekor betina.
·         Teknik pemijahan dengan metode manipulasi hormon dilakukan dengan cara penyuntikan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan Puberogen pada induk jantan dan induk betina matang kelamin.
·         Sebelum dilakukan penyuntikan, induk jantan dan betina dibius terlebih dahulu dengan menggunakan ethylene glycol monophenylether dengan dosis 0. 1 ppt. Penyuntikan hormon dilakukan secara intramuscular dibagian bawah sirip dorsal. Penyuntikan sebaiknya dilakukan dirongga antara 2 sirip dan membentuk sudut 45°C.
·         Alat-alat yang dipakai dalam proses penyuntikan harus dalam keadaan bersih dan steril untuk menghindari terjadinya infeksi. Hal yang diperhatikan lagi dalam penyuntikan mi adalah dalam alat suntik tidak boleh ada gelembung udara.

Alat Pengering Ikan Berbahan Bakar Sampah Plastik

Alat pengering ikan berbahan bakar sampah plastik merupakan salah satu teknologi tepat guna yang digunakan untuk mengeringkan ikan dengan memanfaatkan sampah plastik. Penggunaan alat ini memiliki banyak keuntungan dari segi kemudahaan penggunaan alat dan efisiensi biaya yang dikeluarkan.

Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah gergaji besi, las, bor listrik, tang, gunting, seng. Sedangkan bahan yang digunakan adalah drum bekas minyak, seng, plat besi, kawat kasa, aluminium, mur, baut, engse pintu, kipas.

Cara pembuatan

Ruang pembakaran

Menggunakan drum berukuran sedang (drum I), dibuat sebuah lubang yang berfungsi sebagai pintu untuk memasukkan sampah plastik. Bagian dasar drum dibuat cekung dan berlubang di bagian tengahnya yang bertujuan untuk memudahkan pengeluaran sisa pembakaran dan sampah yang berupa lelehan plastik. Pada samping kanan dan kiri drum dibuat lubang sebagai tempat pengeluaran asap pembakaran yang berupa cerobong asap.

Ruang pindah panas

Menggunakan drum berukuran sedang ( drum II), drum ini diletakkan tepat diatas drum I. Bagian dasar drum II dipasang pipa-pipa besi yang berfungsi sebagai mediator pindah panas. Pada salah satu bagian drum dibuat lubang untuk memasang kipas yang berfungsi untuk menghembuskan panas pada pipa-pipa besi ke ruang pengering.

Ruang pengering

Menggunakan drum berukuran besar ( drum III ), ruang pengering ini berhubungan langsung dengan ruang pemanas. Ruang pengering dibuat rak-rak dan kawat kasa beberapa tingkat sesuai dengan kebutuhan. Pada bagian belakang dibuat sebuah pintu untuk memasukkan dan mengeluarkan ikan yang akan dikeringkan, pintu ini dibuat berlubang-lubang yang berfungsi sebagai tempat keluarnya udara panas yang mengandung uap air.

Berikut ini merupakan anggaran biaya pembuatan alat :

1. Bahan dasar

  • Drum ukuran besar 1 buah = Rp. 200.000
  • Drum ukuran sedang 2 buah @ Rp 75.000 = Rp. 150.000
  • Plat besi tebal ± 5 mm panjang 30 meter @ Rp. 20.000 = Rp. 600.000
  • Besi Silinder (pipa besi) diameter +5-6 cm = Rp. 400.000
  • Kawat kasa = Rp. 100.000
  • Mur dan baut = Rp. 25.000
  • Lembaran seng = Rp. 100.000
  • Kipas angin = Rp. 75.000
  • Aluminium batang 20 meter @ Rp. 20.000 = Rp. 400.000

2. Biaya merangkai

  • Pengelasan = Rp. 500.000
  • Pengeboran = Rp. 100.000

3. Biaya untuk bahan bakar berupa sampah plastik tidak dianggap


Total anggaran pengeluaran Rp. 2.650.000

Minggu, 04 November 2012

CARA MENGUKUR MATA JARING

Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si

Webbing atau jaring merupakan lembaran yang tersusun dari beberapa mata jaring yang merupakan bahan dasar untuk membuat berbagai alat Penangkapan ikan.

Menurut Supardi Ardidja (2007) Webbing adalah gabungan sejumlah mata jaring yang dijurai baik dengan cara disimpul atau tanpa simpul, dibuat dengan menggunakan mesin atau tangan, baik yang terbuat dari serat alami maupun serat buatan, juga merupakan komponen utama alat penangkap ikan. Ukuran webbing dinyatakan dengan panjang dalam satuan panjang dan kedalaman dalam satuan jumlah mata jaring.
Gambar 1. Webbing Untuk Merakit Alat Penangkapan Ikan.

Ukuran webbing terdiri dari panjang dalam. Panjang webbing dinyatakan dalam meter pada keadaan mesh tertutup (stretched mesh). Jika sistem penomoran yang digunakan adalah Rtex, panjang dinyatakan dalam meter dan jika sistem penomoran menggunakan Denier system panjang dinyatakan dalam yard. Jika menggunakan system penomoran Rtex panjangnya adalah 100 meter, bila menggunakan sistem Denier panjangnya adalah 100 yards.

Kedalaman webbing dinyatakan dalam jumlah mata pada keadaan mesh tertutup (stretched mesh) untuk semua system penomoran yang berlaku. Namun demikian ukuran webbing selalu dinyatakan dengan panjang webbing (meter) dan dalam webbing (jumlah mata jaring) maka ukuran webbing dalam setiap lembar webbing utuh disesuaikan dengan sistem penomoran yang digunakan.

Jenis webbing ditentukan oleh bagaimana mata jaring dibentuk atau disimpul, secara umum jenisnya terbagi dua, yaitu webbing yang disimpul dan yang tidak disimpul. Simpul adalah suatu ikatan pembentuk mata jaring atau suatu cara penyambungan benang atau tali. Simpul pada pembuatan webbing umumnya terdiri dari empat macam, yaitu, (1) Flat knot (reef knot, square knot), (2) Trawler knot (English knot, sheet bend, round knot), (3) Double trawl knot, (4) Special flat knot.

Gambar 2. Jenis-Jenis Simpul Pada Webbing

Adapun alat penangkapan ikan yang bahan utama lembaran webbing adalah : Fish Net, Pukat Udang, Purse Seine, Gillnet, Payang, Dogol, Pukat Hela, Pukat Pantai dan Moroami dllnya.

Mata jaring (Mesh size) adalah jalinan tali jaring yang terdiri dari 4 knot dan 4 bar. Lebar Mata Jaring (Mesh size) ditentukan dengan mengukur jarak antara 2 knot yang berjauhan pada sisi dalam mata jaring dan bahan jaring dalam keadaan basah. Pengertian lain Mesh size adalah ukuran lubang pada jaring penangkap ikan. Ukuran mata jaring minimum seringkali ditentukan dengan aturan untuk menghindari penangkapan ikan muda yang bernilai setelah mencapai ukuran optimal untuk ditangkap.

Gambar 3. Mata Jaring (Mesh size)


Menurut Supardi Ardidja (2007) Mata jaring dibentuk oleh empat buah simpul dan empat buah bar, simpul yang terletak pada arah benang disebut mesh (jika simpul diurai benang jaring tidak terputus), dan yang tegak lurus dengan arah benang disebut point (benang jaring terputus). Ukuran mata jaring (mesh size) diukur dalam keadaan mata tertutup (stretched mesh).

Ukuran mata jaring (mesh size) diukur pada saat keadaan mata jaring tertutup kencang, atau saat kedua point berimpit atau ditarik kencang secukupnya. Satuan mata jaring ditentukan oleh sistem penomoran yang digunakan. Jika siatem penomoran menggunakan tex system satuannya adalah milimeter, sedangkan jika menggunakan denier system maka satuan ukuran mata jaring adalah inci.

Bukaan Mata Jari pada saat webbing dipasangkan pada tali pelampung (float line) atau tali pemberat (sinker line) dengan rasio penggantungan tertentu maka mata jaring akan terbuka baik ke arah panjangnya maupun ke arah dalamnya. Besaran bukaan mata jaring sangat ditentukan oleh metode panangkapan ikan (bagaimana ikan ditangkap), apakah ikan harus dikurung, dijerat atau diloloskan. Selain itu juga ditentukan oleh bentuk ikan yang akan ditangkap.

Friedman (1968) menyatakan bahwa ukuran mata jaring yang akan digunakan untuk menangkap ikan tertentu ditentukan oleh setengah keliling overculumnya, sedangkan lebar bukaan mata jaring ditentukan oleh bentuk tubuh ikan (bulat atau pipih). Pipihpun terbagi dua apakah pipih arah vertikal atau pipih arah horisontal.

Gambar 4. Ukuran Mata Jaring (Mesh size) dan Ikan Tujuan Penangkapan

Keterangan :
a. Ikan tidak terjerat karena ukuran mata jaring lebih kecil dari setengah keliling overculum;
b. Ikan terjerat karena ukuran mata jaring sesuai dengan setengah keliling overculum;
c. Ikan lolos karena ukuran mata jaring lebih kecil dari setengah keliling overculum.

Benang webbing merupakan jalinan tali jaring atau benang mempunyai besaran atau diameter. Diameter benang jaring yang sering digunakan untuk membuat alat tangkap ikan berkisar 0,20 mm sampai 8 mm. Secara umum kontsruksi benang terdiri dari benang jaring yang dipintal (twisted) dan dianyam (braided). Bahan dasar pembuatan benang adalah dari serat-serat benang yang dijadikan satu menjadi single yarn, kemudian tiga single yarn dipintal menjadi netting yarn. Netting yarn adalah istilah untuk semua material tekstil yang sesuai untuk merakit alat penangkap ikan, yang mungkin secara langsung dijurai dengan mesin atau dengan tangan, tanpa perlu proses lanjutan.

Gambar 5. Benang Webbing & Konstruksi Benang Jaring dipintal (Klust, 1993)

Untuk mengukur diameter benang selain pengukuran langsung dengan alat seperti micrometer, kaca pembesar dan mikroskop, ada cara lain seperti dibawah ini dengan menggunakan jangka sorong dan menggunakan penggaris sederhana.

Gambar 6. Cara Mengukur Diameter Benang

Benang dimasukkan kedalam jangka sorong lalu lihat ukurannya atau lilitkan benang 20 kali pada pensil lalu ukur panjang lilitannya. Bila benang dililitkan 20 kali sepanjang 60 mm maka diameter benang adalah = 60/20 = 3 mm.
Keterangan :
• Titre (denier): Td = berat (g) setiap 9000 m serat dalam bentuk yarn
• Metrik number: Nm = panjang (m) setiap 1 kg serat
• English number: Nec = panjang (kelipatan dari 840 untuk katun yard) setiap pon (lb) serat
• International: Tex = berat (g) setiap 1000 m serat system

Cara pengukuran panjang mata jaring (Mesh Size) dan bukaan mata jaring dilakukan dengan berbagai cara berdasarkan surat Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 1546/DPT.2/PI.320.02/IV/08 tanggal 14 April 2008 perihal Pedoman cara pengukuran panjang mata jaring (mesh size) dan bukaan mata jaring sebagai berikut :
A. Dengan Mata Jaring
1. Jaring Simpul
2. Mata Sigi Enam
3. Jaring Tanpa Simpul (Raschel Type)

Gambar 7. Cara Mengukur Mata Jaring (mesh size) Dengan Mata Jaring

Keterangan :
• Ukuran mata jaring teregang/mesh size (a) : Jarak (arah tegak) antara titik tengah dua simpul berhadapan dan mata jaring yang diregang (tertutup).
• Ukuran bukaan mata (OM) : Ukuran dalam maksimum (arah tengah) antara dua simpul yang berhadapan dari mata jaring yang direngang.
• Panjang kaki (bar) = b

B. Dengan Sepuluh Mata Jaring

Cara mengukur panjang jaring sejumlah sepuluh mata yang ditarik secara sempurna ke arah vertikal (sampai bar/kaki pembentuk mata jaring berimpit). Berdasarkan panjang jaring hasil pengukuran tersebut, kemudian dibagi dengan jumlah mata sepuluh. Hasil pembagian tersebut adalah ukuran mata jaring (mesh size) jaring dimaksud.

Contoh : Terhadap 10 mata jaring yang ditarik sempurna, setelah diukur diperoleh ukuran panjang sebesar 30 cm. Selanjutnya 30 cm dibagi dengan jumlah mata (10 buah) diperoleh hasil 3 cm.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ukuran mata jaring (mesh size) tersebut adalah 3 cm.
Gambar 8. Cara Mengukur Mata Jaring (mesh size) Dengan Sepuluh Mata

Pengukuran harus dilakukan pada beberapa titik / tempat yang berbeda dalam 1 (satu) bagian yang sama. Misalnya pada bagian kantong/cod-end pukat udang atau pukat ikan, panjang kantong dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, kemudian pada masing-masing bagian dilakukan pengukuran mesh size (dengan catatan : mengabaikan ukuran ekstrimnya) pada 10 (sepuluh) titik yang berbeda. Hasil masing-masing pengukuran tersebut kemudian ditentukan nilai rata-ratanya. Maka nilai rata-rata tersebut adalah ukuran mata jaring (mesh size) bagian yang dimaksud.

Cara sederhana mengukur mata jaring sebagai berikut :
• Tarik kencang satu baris benang (misal 10 mata) dalam arah tegak/vertikal (untuk arah N atau tegak).
• Ukur jarak antara titik tengah 2 simpul (atau sambungan) yang dipisahkan 10 mata.
• Bagi hasilnya dengan 10, hasil pembagian tersebut merupakan panjang satu mata jaring (mesh size).

Contoh Soal Sebuah potongan bahan jaring mempunyai jumlah mata sebanyak 10 buah seperti terlihat pada gambar di bawah. Setelah ditarik secara sempurna ke arah vertikal (sampai bar/kaki pembentuk mata jaring berimpit) ternyata panjang jaring tersebut adalah 10 cm yang diukur dari tengah simpul antara ujung yang satu dengan ujung yang lain dari sepuluh mata jaring tersebut. Berapakah panjang satu mata jaring dari potongan jaring tersebut?

Jawab dari pengukuran panjang 10 mata jaring = 10 cm. Maka panjang satu mata jaring = 10/10 = 1 cm
Gambar 9. Cara Sederhana Mengukur Mata Jaring (mesh size)

C. Alat Ukur Mata Jaring (Net Gauge)

Alat ukur mata jaring (net gauge) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur mata jaring yang dibuat oleh Pusat Riset Teknologi Kelautan Badan Riset Kelautan dan Perikanan yang terdiri dari Pengukur Mata Jaring Kecil, Pengukur Mata Jaring Besar dan Pemberat (bandul). Alat tersebut terbuat dari bahan kuningan.

Gambar 10. Alat Ukur Mata Jaring (Net Gauge)

Teknik pengukuran mata jaring yaitu dengan metode “wet and stretch open mesh size”, yaitu dengan cara bahan jaring dalam keadaan basah (operasional) serta tertarik. Dimana besarnya beban tarikan ditentukan oleh berat bandul.

Pelaksanaan pengukuran sebagai berikut ;
• Gunakan alat ukur mata jaring (net gauge) yang sesuai dengan lebar mata jaring yang hendak diukur.
• Masukan alat pengukur tersebut pada mata jaring.
• Atur posisi alat ukur sehingga kedua sisi alat ukur seperti gambar open mesh size diatas.
• Pasang pemberat (bandul) pada tempatnya sehingga posisi mendatar.
• Ukuran mata jaring dapat dilihat pada sisi-sisi alat ukur.
Gambar 11. Pemasangan Net Gauge Pada Mata Jaring

Gambar 12. Pengukuran Mata Jaring Dengan Net Gauge

Gambar 13. Cara Pengukuran Mata Jaring di Berbagai Negara



Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai alat tangkap ikan seperti Jenis & Jumlah, Ukuran Pokok alat penangkapan ikan dan Mata Jaring (Mesh Size) jangan sampai tidak sesuai yang tertera pada Surat Izin Penangkapan Ikan.

Beberapa ketentuan ukuran alat penangkapan ikan adalah sebagai berikut :
1. Pukat Ikan (Fish Net), Mesh Size Kantong > 50 mm pada groud rope tidak menggunakan bobin dan rantai pengejut. Tidak dioperasikan oleh 2 (dua) kapal.
2. Pukat Udang (PU), Mesh Size Kantong > 30 mm memakai TED/API jarak jeruji > 10 cm. Tidak dioperasikan oleh 2 (dua) kapal.
3. Purse Seine Pelagis Kecil (PSPK):
- Mesh Size Kantong Min. 25 mm
- Mesh Size badan Min. 50 mm
4. Purse Seine Pelagis Besar (PSPB):
- Mesh Size Kantong Min. 25 mm
- Mesh Size badan Min 60 mm
5. Jaring Insang (Gill Net) di ZEEI (Permen No. PER.08/MEN/2008) tentang penggunaan alat penangkapan ikan jaring insang (gill net) di ZEEI.
A. Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)
- Mesh Size Kantong min. 10 cm
- Panjang Jaring max. 10. 000 meter
- Kedalaman Jaring max. 30 meter
B. Jaring Insang Tetap (Set Gill Net)
- Mesh Size Kantong min. 20 cm
- Panjang Jaring max. 10. 000 meter
- Kedalaman Jaring max. 30 meter
6. Jaring Insang (Gill Net) di Periaran Teritorial. Untuk ukuran alat tangkap jaring insang diperairan teritorial tidak terlalu jauh berbeda dengan jaring insang yang dioperasikan di perairan ZEEI, kecuali ukuran panjang jaringnya dimana panjang jaring untuk alat tangkap jaring insang (gill net) yang dioperasikan di perairan teritorial max

MENGENAL ALAT PENANGKAP IKAN

1. Pukat Udang (Shrimp Trawl)
Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut jaring (otter board) dan Turtle Excluder Device/TED, tujuan utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor.
2. Pukat Ikan (Fish Net)
Pukat Ikan atau Fish Net adalah jenis penangkap ikan berbentuk kantong bersayap yang dalam operasinya dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter board), tujuan utamanya untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid water) dan ikan perairan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya ditarik melayang di atas dasar hanya oleh 1 (satu) buah kapal bermotor.
3. Pukat Kantong (Seine Net)
Pukat Kantong adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring & terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap pukat kantong (seine net) lebih panjang dari pada bagian sayap pukat tarik (trawl). Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat Kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai.
4. Pukat Cincin (Purse Seine)
Pukat cincin atau jaring lingkar (purse seine) adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring.
  1. ]aring Insang (Gillnet)

Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat. Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter & bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5-10 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah.
  1. Jaring Angkat (Lift Net)
Jaring angkat adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang direntangkn atau dibentangkan dengan menggunakn kerangka dari batang kayu atau bambu (bingkai kantong jaring) sehingga jaring angkat membentuk kantong.
7. Pancing (Hook and Lines)

Pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan sejumlah pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami ataupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (long line) dan pancing.
8. Perangkap (Traps)
Perangkap adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu dan besi, yangg dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu tertentu. Umumnya ikan demersal terperangkap atau tertangkap secara alami tanpa cara penangkapan khusus.
9. Alat Pengumpul Rumput Laut (Sea Weed Colector)

Alat pengumpul rumput laut adalah alat yg digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan rumput laut, terdiri dari pisau, sabit dan alat penggaruk. Pengumpulannya dilakukan dengan menggunakan tangan dan pisau atau sabit sebagai alat pemotong dan alat penggaruk sebagai alat pengumpul rumput laut. Hasil potongan rumput laut dimasukkan ke dalam keranjang.
10. Muroami
Muroami adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yg panjang, badan dan kantong jaring (cod end). Pemasangannya dng cara menenggelamkan muroami yang dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap serta di sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jaring dipasang pelampung bertali panjang. Untuk menarik jaring ke arah belakang, menggunakan sejumlah perahu/kapal yg diikatkan pd bagian badan dajn kantong jaring. Muroami dipasang di daerah perairan karang untuk menangkap ikan-ikan karang.
11. Alat Tangkap Lain-Lain (Others)
Lain-lain adalah alat penangkap ikan lainnya yang belum termasuk dalam klasifikasi alat penangkap ikan di atas.