Senin, 22 Oktober 2012

FORMAT LAPORAN PEMBINAAN PERSEORANGAN

CONTOH FORMAT LAPORAN PEMBINAAN PERSEORANGAN

Pendekatan Perorangan dilakukan khususnya untuk mencapai sasaran penyuluhan potensial dan strategis yang diperkirakan akan mendorong atau bahkan menghambat berlang¬sungnya kegiatan penyuluhan. Pendekatan terhadap pihak-pihak strategis bertujuan untuk mencari  pengakuan tentang pentingnya inovasi yang  akan disampaikan lewat program yang diintroduksikan oleh penyuluh. Biasanya, jika pihak-pihak strategis ini dapat diyakinkan tentang kemanfaatan inovasi tersebut maka penduduk lainnya juga akan cepat terpengaruh.

Keunggulan pendekatan perorangan adalah relatif cepat terjadinya perubahan perilaku sasaran penyuluhan setelah mencoba menerapkan inovasi. Alasannya karena individu sangat strategis biasanya akan menerima suatu inovasi jika dia benar-benar sudah yakin pada inovasi itu dan terutama pada pembawa inovasi tersebut, yaitu penyuluh. Kelemahan pendekatan perorangan yaitu memerlukan banyak tenaga dan waktu dari penyuluh untuk mendatangi satu persatu individu strategis tersebut. Karena itu, penentuan individu selaku "sasaran strategis" harus selektif.  Selektifitas ini akan dapat dilakukan dengan baik jika penyuluh dapat mengidentifikasi dengan cermat dan tepat individu-individu strategis yang ada dimasyarakat.

Minggu, 21 Oktober 2012

SHOLAWAT PENYULUH


Makan rujak tinggal separoh
Makan papaya buang kulitnya
Paling enak jadi penyuluh
Tugas mulia, banyak duitnya

Main musik untuk dikontes
Main wayang dikota jogja
Sungguh asik jadi PNS
Disayang orang dimana saja

Dimajalaya ada sepuluh
Kalau dilipat jadi Sembilan
Sungguh mulia jadi penyuluh
Jadi sahabat tani nelayan

Sabtu, 20 Oktober 2012

Pembinaan Kelompok Nelayan Desa Laiwui Obi

                                                   
I.          PENDAHULUAN

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung dari hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan, pengolahan dan pemasaran ikan. Pada umumnya nelayan masih  mengalami ketergantungan teknologi penangkapan, dengan alat tangkap yang sederhana wilayah operasipun dibatasi hanya sekitar perairan pantai. Kemampuan untuk meningkatkan peralatan itu sangat dipengaruhi kondisi ekonomi seorang nelayan, sehingga nelayan membutuhkan suatu organisasi yang bisa membantu nelayan agar mendapatkan informasi  inovasi teknologi alat tangkap sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Salah satu kegiatan dalam upaya peningkatan kesejahteraan nelayan, perlu dilakukan pelatihan dan pembinaan agar dapat meningkatkan produksi perikanan dan pendapatan serta kesejahtaraan nelayan yang bergabung dalam organisasi kelompok, sehingga dibutuhkan kekompakan, iklim dan pembinaan agar tujuan dari kelompok nelayan dapat tercapai. 
Pelatihan dan Pembinaan kelompok  nelayan  di Desa Laiwui  Kecamatan Obi merupakan suatu proses penyebarluasan informasi yang diperlukan dan berkembang selama pelaksanaan pembangunan perikanan dan kelautan di Kabupaten Halmahera Selatan.
Ucapan  terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga kegiatan pelatihan dan pembinaan kelompok nelayan di Desa Laiwui Kecamatan Obi dapat berjalan lancar sesuai dengan harapannya.
·            Tujuan
Melakukan kegiatan Pelatihan dan Pembinaan kelompok nelayan di desa Laiwui Kecamatan Obi
·         Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pelatihan Dan Pembinaan  dilaksanakan selama 3 (tiga) Hari dimulai dari tanggal 27 s/d  29 September 2012
·         Tempat Pelaksanaan
Tempat Pelaksanaan  Pelatihan dan Pembinaan kelompok nelayan berada di rumah Kepala Desa Laiwui Bapak Ali La Dam, kegiatan diawali dengan melakukan survei ke pesisir desa guna mengidentifikasi masalah dan mendata kelompok nelayan yang ada di desa Laiwui, kemudian mengundang  pengurus dan anggota kelompok  nelayan untuk hadir dalam kegiatan pelatihan dan pembinaan kelompok nelayan, kami juga mengundang aparat desa dan kepala resort perikanan desa Laiwui, pertemuan dimulai dengan penyampaian maksud dan tujuan tentang kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Kelompok Nelayan, adapun agenda kegiataan dimaksud adalah sebagai berikut :
-         Pendataan pengurus dan anggota kelompok nelayan serta mengevaluasi administrasi kelompok
-   Mendata informasi perkembangan komoditas perikanan yang antara lain : daftar kegiatan perikanan dan alat tangkap serta alat pendukung proses kegiatan produksi perikanan dan jenis komoditi yang dihasilkan.
-        Melakukan ceramah dan diskusi tentang manfaat kelompok serta cara berorganisasi yang baik dalam kelompok, dan teknik penangkapan ikan dasar menggunakan pancing tangan (handline) oleh bapak Soleman Djamal Kabid Kelembagaan dan Pelatihan BAPEL P3K Kab. Halmahera Selatan

II.       GAMBARAN UMUM

Desa Laiwui secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Obi Kabupaten Halmahera Selatan. Dengan luas wilayah adalah 220 Ha yang secara admintratif berbatasan dengan
- Sebelah Utara                    : Laut Pulau Bisa
- Sebelah Selatan                  : Desa Buton
- Sebelah Barat                     : Desa Ake Gula
- Sebelah Timur                    : Desa Jikotamo

Secara geografis Desa Laiwui merupakan dataran rendah dengan ketinggtan 0 - 15 m dari permukaan Laut, dengan suhu berkisar antara 28° sampai dengan 32° C. Letaknya yang berbatasan dengan laut pulau bisa menjadikan daerah ini terlindung dari angin dan ombak sehingga aktivitas nelayan bisa berjalan lancar tanpa hambatan dari faktor alam. Mata pencaharian penduduk desa Laiwui beragam, yaitu tani, buruh tani, nelayan, karyawan, pensiunan, pedagang dan penjual jasa. Desa Laiwui sebagai desa ibu kota kecamatan  dan berbatasan langsung dengan laut, memiliki populasi nelayan yang cukup besar. Di desa Laiwui memiliki satu kelompok nelayan dengan peringkat pemula, nama kelompok nelayan ini adalah Rahmat Kurnia Bahari yang diketuai oIeh Judin Musa, anggotanya berjumlah 25 orang dengan kondisi anggota yang homogen  ditinjau dari segi" kepemilikan armada penangkapan.

III.    PERMASALAHAN

Masalah merupakan faktor yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan. Faktor-faktor penyebab itu ada yang bersifaat perilaku dan ada juga yang bersifat non perilaku' jika terdapat masalah yang bersifat non perilaku, selanjutnya diidentifikasikan factor-faktor penyebab terjadinya masalah non perilaku tersebut sehingga akhimya bisa dirumuskan menjadi masalah yang bersifat perilaku. Namun, tidak semua masalah non perilaku dapat diubah menjadi masalah yang bersifat perilaku. Contoh
Masalah non perilaku
-              Penggunaan perahu motor pada usaha penangkapan ikan di Desa Laiwui, baru mencapai 40 %     dari jumlah nelayan yang ada di Desa tersebut.
Masalah perilaku
-    Lebih kurang 50% anggota kelompok nelayan belum memiliki manajemen keuangan usaha penangkapan yang baik. jika nelayan tersebut melaut dan memperoleh hasil tangkapan, ternyata belum terbiasa menyisihkan sebagian hasilnya untuk ditabung.
Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi nelayan, selain menganalisis keadaan, kami telah mewawancarai 7 orang Informan yakni Ketua Kelompok Nelayan, tiga anggota kelompok nelayan, dua isteri nelayan dan seorang aparat pemerintahan desa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi nelayan setempat adalah keterbatasan teknologi penangkapan keterbatasan armada penangkapan, sebagian besar armada yang digunakan bukan kepemilikan sendiri melainkan pinjam dengan ketentuan hasil yang didapat kemudian dibagi 50 % dengan pemilik armada. Juga masih ada beberapa oknum masyarakat yang melakukan penangkapan ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan seperti bom dan bius

IV.    PEMECAHAN MASALAH

Memberikan pemahaman tentang manajemen keuangan manakala hasil yang didapat melimpah, memberikan pemahaman tentang administrasi kelompok dan tata kelola organisasi kelompok yang baik, pelarangan penggunaan bahan peledak dalam menangkap ikan, juga mendorong masyarakat dan aparat pemerintahan desa untuk mengawasi penangkapan ikan dengan alat peledak dan bius, mengajak masyarakat nelayan untuk menggunakan teknologi perikanan yang lebih modern sehingga hasil yang didapat lebih banyak, mengajarkan cara penanganan ikan hasil tangkapan baik yang hidup maupun mati, mendorong kelompok untuk selalu berkoordinasi dengan kepala resort perikanan berkaitan dengan kebijakan Dinas Perikanan Kabupaten Halmahera Selatan.

V.       HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Laiwui yang berbatasan langsung dengan laut pulau bisa menjadikan daerah ini sangat aman untuk melakukan operasi penangkapan, hal ini harus di dukung oleh kebijakan yang memadai dari pemerintah daerah khususnya Dinas Perikanan,

VI.    KESIMPULAN  DAN SARAN

Kegiatan pelatihan dan pembinaan tidak akan berhasil mencapai tujuan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap  nelayan tanpa adanya perencanaan yang matang. Guna mencapai tujuan pelatihan dan pembinaan, maka perlu perencanaan program penyuluhan yang  disusun secermat mungkin dengan mempertimbangkan potensi daerah, potensi dan kebutuhan masyarakat nelayan serta peran kelembagaan sosial ekonomi yang berkembang di wilayah tersebut. Desa Laiwui  sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan laut memiliki sumber daya perikanan dan kelautan yang cukup potensial untuk dikelola dan dikembangkan guna  meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Adanya kelembagaan sosial ekonomi yang tumbuh dari masyarakat seperti Kelompok Nelayan Rahmat Kurnia Bahari dan Lembaga Perkreditan desa sangat mendukung kesuksesan pelaksanaan produksi perikanan tangkap di desa tersebut. Perencanaan program dimulai dengan kegiatan Identifikasi keadaan umum  daerah dan potensi yang dimiliki, kemudian dilakukan Identifikasi masalah, setelah masalah terinventarisir dilakukan penetapan tujuan berdasarkan prioritas masalah, dan kegiatan perencanaan dilanjutkan dengan cara pencapaian tujuan yang berisikan strategi implementasi, monitoring dan evaluasi kegiatan yang ditindak lanjuti dengan pelatihan dan pembinaan kelembagaan kelompok. Permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar nelayan di desa Laiwui adalah lebih banyak ke arah manajemen usaha penangkapan dan pengelolaan hasil perikanan tangkapnya, dan keterbatasan armada. Dengan demikian, pelatihan dan pembinaan bagi kelompok nelayan di desa Laiwui diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan nelayan di bidang:
-          Manajemen usaha penangkapan
-          Manajemen pengelolan hasll tangkapan
-          Manajemen tata kelola kelembagaan kelompok nelayan

VII. PENUTUP

Demikian laporan ini kami buat sesuai dengan hasil kegiatan pelatihan dan pembinaan kelembagaan  kelompok nelayan di Desa Laiwui Kecamatan Obi Kabupaten Halmahera Selatan sebagai bahan pertanggung jawaban kepada Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan.

bunaken oktober 2012


Jumat, 19 Oktober 2012

Kerjasama dalam Membangun Kelompok yang Dinamis

Tahapan Perkembangan Kelompok
Kelompok yang dinamis tidak dapat diwujudkan dengan mudah, karena merupakan rangkaian dari perkembangan yang bertahap dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan manusia sebagai anggota kelompok.

Menurut Richard (1999), tahapan perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan arah (drive)
Dalam tahap ini kelompok harus memfokuskan pada misinya dan membuat garis besar strategi yang akan ditempuh serta menetapkan tujuan, prioritas dan prosedur kerja serta peraturan bagi kelompok.
2. Bergerak (strive)
Dalam tahap ini peran dan tanggungjawab anggota kelompok ditetapkan dengan jelas. Dalam tahap ini beberapa kendala akan dihadapi dengan penuh bijaksana bersama dengan seluruh anggota kelompok, sehingga seluruh permasalahan dapat dihadapi dengan arif dan bijaksana.
3. Mempercepat gerak (thrive)
Dalam tahap ini dimungkinkan untuk meningkatkan produktivitas secara maksimal. Dalam memecahkan masalah menggunakan umpan balik dari sesama anggota, manajemen konflik, kerjasama dan pembuatan keputusan yang efektif. Penguasaan terhadap wilayah secara cepat dan efektif dengan daya tahan yang tangguh.
4. Sampai (arrive)
Dengan kerjasama kelompok yang kompas, maka kelompok akan mencapai keberhasilan dengan mengatasi semua kendala-kendala yang ada, akhirnya mencapai prestasi yang luar biasa. Namun apabila dalam tahap ini, kelompok belum mencapai keberhasilan, idealnya dilakukan peninjauan kembali dengan melaksanakan konsulidasi upaya misalnya berkoordinasi secara maksimal. Disamping itu perlu meninjau kembali sasaran-sasaran yang telah ada, masih relevan atau tidak.

Membangun Rasa Kebersamaan Kelompok
Tahapan-tahapan dalam membangun kelompok yang dinamis seperti tersebut diatas akan berjalan dengan baik, apabila anggota-anggota kelompok mampu membangun rasa kebersamaan secara efektif. Untuk membangun rasa kebersamaan secara didalam suatu kelompok, maka setiap anggota kelompok harus mampu untuk menerima keragaman anggota kelompok. Oleh karena itu dalam suatu kelompok harus memiliki anggota dengan karakteristik yang berorientasi pada opini, berorientasi pada persamaan, serta berorientasi pada tujuan (Pranoto dan Suprapti, 2006).
1. Berorientasi pada opini
a. Berlawanan dengan orang yang bersifat dogmatis, akan mengarahkan pada tindakan yang tidak mengutuk orang lain;
b. Memperkenalkan gagasannya tanpa mengusulkan atau bahkan mengisyaratkan agar orang lain memberi posisi istemewa pada gagasannya;
c. Saling meminta ide dari anggota kelompok yang lain, bukan berorientasi pada gagasan perorangan; dan
d. Tidak hanya memfokuskan pada idenya sendiri, tetapi menginvestigasi pendapat orang lain.
2. Berorientasi pada persamaan
a. Anggota kelompok yang berorientasi pada persamaan melihat keragaman sebagai suatu keunggulan. Perbedaan yang dimiliki dapat dipakai untuk mengecek setiap sisi, sudut, puncak dan dasar suatu masalah;
b. Mengandalkan pada semua anggota; dan
c. Kepercayaan kepada anggota kelompok untuk meningkatkan produktivitas.
3. Berorientasi pada tujuan
a. Anggota kelompok yang berorientasi pada tujuan kelompok kecil/tim kemungkinan akan konflik disebabkan oleh keunikan masing-masing kelompok;
b. Keseluruhan anggota kelompok nerorientasi pada tujuan yang sama;
c. Anggota kelompok mengakui bahwa masing-masing anggota kelompok memiliki tujuan, dan ada kemungkinan tujuan tersebut bertentangan dengan tujuan kelompok; dan
d. Keunikan anggota kelompok yang muncul segera dapat diatasi, tidak dibiarkan melahirkan masalah baru.

BALADA PENYULUH


Orang bilang penyuluh banyak amalnya
Tiap pagi renungkan nasib rakyatnya
Orang bilang penyuluh banyak akalnya
Tiap hari mencari waktu baca bukunya
 
  Apabila nelayan ada masalah
  Para penyuluh suka hati perhatikannya
  Apabila nelayan ada sulitnya
  para penyuluh coba mencari jalan k’luarnya
 
Reff: Penyuluh, sahabat kita
         Penyuluh, layani kita
         So samua, penyuluh punya
         untuk rakyatnya
 
        Torang cinta, penyuluh kita
        Torang sayang, penyuluh kita
        Torang berdoa, penyuluh kita
        sehat sejahtera….

Indikator Kinerja Penyuluh Perikanan

Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (UU No.16/2006).

Tujuan Penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan adalah Pemberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta pendampingan dan fasilitasi dalam pengembangan bisnis perikanan.

Keberhasilan proses penyuluhan ditandai timbulnya partisipasi aktif dari pelaku utama dan pelaku usaha di bidang perikanan (masyarakat sasaran), sehingga dalam pengembangan penyuluhan ke depan harus diarahkan pada model yang berpusat pada manusia, dimana peran penyuluh dalam proses penyuluhan adalah sebagai relasi yang berorientasi pada masyarakat sasaran.
Dalam pelaksanaannya sebuah proses penyuluhan harus dimulai dari pemahaman masyarakat terhadap potensi dan masalah yang dihadapinya, sehingga terdorong untuk mengupayakan pemecahan masalah melalui pengembangan semua potensi yang dimilikinya. Pada tahap inilah dimulai peran seorang penyuluh “untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat sasaran dari kegiatan usahanya”, dengan pola pikir yang coba dibangun adalah pengembangan komoditas yang dia dimiliki melalui pemanfatan semua potensi sumberdaya yang ada, jadi peran seorang penyuluh adalah berupa fasilitasi, pengawalan, mobilisasi, pembentukan jaringan kerja dan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha di bidang perikanan.

Penyuluh Perikanan dalam mendukung pengembangan sumber daya manusia kelautan dan perikanan diharapkan dapat berperan aktif dalam “membangun sumber daya manusia kelautan dan perikanan profesional dan berdaya saing tinggi untuk memperkokoh ekonomi berbasis kelautan dan perikanan berkelanjutan”, adapun indikator-indikator kinerja penyuluh dalam mewujudkan peran tersebut antara lain berupa:
1. Peningkatan Produksi dan Pendapatan
a. Aspek Teknis
1) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu menghasilkan produk perikanan;
2) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu mengidentifikasi keadaan dan sumberdaya yang dimilikinya;
3) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapinya;

4) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu memenuhi kebutuhan sarana prasarana usahanya;
5) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu melakukan diversifikasi produk
6) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu mengatasi permasalahannya dengan sumberdaya yang dimilikinya.

b. Aspek Ekonomis
1) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang tahu kondisi pasar (permintaan dan kebutuhan pasar terhadap produk);
2) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu menghasilkan produk sesuai gambaran komoditi, persyaratan teknis produk, proses pengolahan, dan penanganan yang diinginkan pasar;
3) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu menghitung kebutuhan biaya investasi dan kelayakan keuangan (menggunakan alat analisa rugi-laba, cash flow, net present value, pay back period);
4) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu mempertahankan/ meningkatkan nilai jual produknya;
5) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu mengembangkan usahanya;
6) Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama perikanan yang mampu menjadi pembaharu bisnis perikanan setempat yang mampu mendorong kerjasama antar pelaku bisnis dari segmen yang berbeda.

c. Aspek Sosial
1) Jumlah kelompok pelaku utama perikanan yang tumbuh sebagai wadah belajar dan kerjasama untuk meningkatkan produksi dan pendapatan;
2) Jumlah kelompok pelaku utama perikanan yang mampu membuat aturan tertulis mengenai akuntabilitas organisasi (kewajiban dan tanggung jawab anggota, pemilihan dan pergantian pengurus, penerapan sanksi dan transparansi);
3) Jumlah kelompok pelaku utama perikanan yang mampu melaksanakan peran dan fungsinya, sehingga berdampak pada kemajuan usaha anggotanya;
4) Jumlah kelompok pelaku utama perikanan yang mampu membuat pembukuan atau administrasi kelompok, antara lain berupa: (1) Buku Data Anggota; (2) Buku Kas; (3) Buku Inventaris Barang; (4) Buku Notulen; (5) Buku Kehadiran Peserta Rapat; (6) Buku Agenda Surat; (7) Buku Tamu; (8) Buku Rencana Kegiatan; (9) Buku Kegiatan Usaha; (10) Buku Pola Tanam/Tebar;
5) Jumlah kelompok pelaku utama yang mampu meningkatkan kelas kelompoknya;
6) Jumlah kelompok pelaku utama perikanan yang mampu mengembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan.

2. Usaha yang Bankable
a. Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama yang sadar pentingnya akses terhadap lembaga permodalan dalam pengembangan usaha perikanan;
b. Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama yang mampu menganalisis usaha perikanan;
c. Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama yang mampu menyusun proposal usaha perikanan;
d. Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama yang mampu menggunakan lembaga permodalan dalam transaksi usaha perikanan;
e. Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama yang mampu mengakses permodalan dalam pengembangan usaha perikanan;
f. Jumlah kelompok/perorangan pelaku utama yang mampu mengembalikan pinjaman